BAB XIII
13.1 KEWIRAUSAHAAN
Pengertian kewirausahaan menurut intruksi presiden RI
No.4 tahun 1996; “ kewirausahan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
memperoleh keuntungan yang lebih besar.”
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa berwirausahaan
adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau
usaha atau aktivitas bisnis atas kemauannya sendiri dan mendirikan usaha atau
bisnis dengan kemauan dan kemampuannya sendiri.
Thomas W Zimmerer et al. ( 2005 ) merumuskan manfaat
kewisausahaan adalah sebagai berikut:
·
Memberikan peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib
memiliki usaha sendiri akan memberikan dan peluang bagi pembisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya.
·
Memberi peluang untuk melakukan perubahan
·
Memberikan peluang untuk mencapai potensi sendiri sepenuhnya
bagi mereka, kebangkitan spritual, dan mampu mengikuti minat atau hobi sendiri
·
Memiliki peluang untuk meraih keuntungan
·
Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
·
Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan.
Pendapat
dhidiek D. Machayudin dan kafidhul ulum digabungkan, maka paling tidak terdapat
13 prinsip dalam berwirausaha yaitu :
1.
Jangan takut gagal
2.
Semangat
3.
Kreatif dan inovatif
Proses
berfikir kreatif dilakukan secara sistematis dan memaluli tahap-tahapan berikut
:
·
pengumpulan
informasi
·
proses inkubasi
·
melahirkan ide
·
evaluasi dan tindak
lanjut (menjadi wurausaha sukses.
Disamping
kreatif, juga dituntut inovatif, berikut pola pikir inofatif :
·
Imajinatif
·
Spekulatif
·
Konseptual
·
Interpersonal
·
Impulsif
·
Belajar, mau
bertanya
·
Mencari
·
Reseptif
4.
Bertindak dengan
penuh perhitungan dalam mengambil resiko .
5.
Sabar, ulet dan
tekun.
6.
Harus optimis.
7.
Ambisius.
8.
Pantang menyerah /
jangan putus asa.
9.
Peka terhadap pasar
atau baca peluang pasar.
10. Berbisnis dengan standar etika
11. Mandiri
12. Jujur.
13. Peduli lingkungan.
Prinsip-Prinsip
yang Berkaitan dengan Kewirausahaan
1.
Prinsip – Prinsip
Etika Bisnis
a.
Prinsip otonomi. Otonomi
adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan. Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusandan
tindakan serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut.
b.
Prinsip kejujuran
·
Kejujuran dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
·
Kejujuran dalam
penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
·
Kejujuran dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
c.
Prinsip keadilan. Prinsip
keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional opjektif dan dapat
dipertanggung jawabkan.
d.
Prinsip yang saling
menguntungkan. Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedimikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini
menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution.
e.
Prinsip Intregritas
Moral. Prinsip ini dihanyati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis
atau perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya
atau nama baik perusahaan.
2.
Prinsip Customer is King
Dibawah ini dikemukakan 11 pernyataan yang
harus dipelajari oleh penjual dalam prinsip the customer is king, yaitu :
·
Pembeli adalah usaha
penting dalam dunia usaha
·
Pembeli tidak tergantung pada kita, justru
kita tergantung padanya
·
Pembeli bukan
pengganngu tehadap pekerjaan kita, tetapi sebaliknya sebagai tujuan usaha.
·
Pembeli berbuat
kepada kita sebagai suatu hal yang menyenangkan, janganlah bebuat sesuatu yang
tidak menyenangkan.
·
Pembeli adalah
sebagian dari usaha dan kegiatan kita.
·
Pembeli bukan senuah
benda yang baku, melainkan seorang manusia berdarah daging dengan perasaan dan
emosinya, seperti kita sendiri
·
Pembeli bukanlah
lawan berdebat, tetapi kawan-kawan yang bersahabat
·
Pembeli seorang yang
membawa kebutuhan kepada kita dan merupakan pekerjaan kita untuk memenuhinya.
·
Pembeli adalah orang
yang harus dilayani dan dimenegrti dengan penuh perhatian.
·
Pembeli adalah orang
yang memungkinkan membuat keuntungan bagi pendapatan kita.
·
Pembeli adalah jiwa
penghidupan bagi dunia usaha.
Argumen-argumen tersebut dapat dipakai sebagai pegangan
bagi penjual dalam menghadapi pembelinya dengan sebaik-baiknya, tidak ada
salahnya apabila kita dapat menghapal nama-nama pelanggan kita.
Tentu pula kita harus dapat membedakan
langganan-langganan itu berdasarkan lamanya ia berhubungan dengan kita, banyak
sedikitnya ia membeli, pembayaran cash atau kredit, sehingga kita tidak dapat
melupakan jasa-jasa mereka terhadap usaha yang kita jalankan.
Tidak ada salahnya untuk memberikan perhatian kita pada
para langganan dengan membedakan berbagai kelas-kelas pembeli, kita dapat
membedakan menjadi tiga kelas , yaitu :
a)
Langganan kelas satu
yaitu merka yang selalu berbelanja di toko kita
b)
Langganan kelas dua, dimana merka itu
berbelanja sewaktu-waktu ke toko kita, tetapi lain waktu ke toko lain.
c)
Langganan kelas
tiga, yaitu mereka yang berbelanja pada toko kita sewaktu-waktu, sedangkan toko
langganannya tidak ada, atau mereka berbelanja hanya kebetulan masuk ke toko
kita.
13.2
INTRAPRENERSHIP
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan
(enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa
intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep
intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya
yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”,
dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam
disertasinya.
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang
memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi
atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam
lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship
harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada
kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig,
2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan.
Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya
perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka
sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al,
2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi
mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus
(Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis,
1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari
semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam
organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan
lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki
politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001;
Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001).
Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting,
mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten
diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis,
1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011).
Faktor Pendorong
Intrapreneurship
Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden
intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan
organisasi (organization).
1)
Faktor
lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan
industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk
lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan
persaingan yang tinggi.
2)
Dari sisi
organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship
adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship,
pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai
perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa
intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company
growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik
organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan
intrapreneurship.
Faktor Penghambat
Intrapreneurship
Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10
hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi :
a) Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan
risk taking
b) Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut
c) Tidak ada dorongan intrapreneurship
d) Unhealthy politicking dalam organisasi
e) Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada
pelanggan
f) Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari
peluang
g) Misi, sasaran perusahaan tidak jelas
h) Kurang dukungan manajemen
i)
Penghasilan
keputusan beresiko yang tidak diberi reward
j)
Keterbatasan
waktu dan sumber daya
13.3
ULTRAPRENEURSHIP DAN
ECOPRENEURSHIP
Ultrapreneurship adalah
wirausahawan yang menggunakan ketrampilan, intelektual sumber daya secara
sekaligus dalammelakukan usaha. ( menunjukan mutu kewirausahaannya yang
istimewa dari seorang enterpreunership)
Ecopreneurship adalah
wirausahawan plus yang memandang atau berwawasan lingkungan. (ditunjukan
terhadap pengusaha-pengusaha yang peduli terhadap lingkungan).
13.4
PARADIGMA BARU KEWIRAUSAHAAN
Menurut Timmons (2008:31),
gambaran klasik kewirausahaan adalah perusahaan pemula yang masih mentah,
dimulai dengan ide usaha yang kemudian berkembang menjadi suatu perusahaan
besar. Contohnya, Microsoft, Netscape, Amazon.com, Sun Microsystem, Home Depot,
McDonald’s, Compaq Computer, Intuit, Staples, dan ratusan contoh lain yang
telah menyandang nama besar. Kesuksesan, selain kepemimpinan yang kuat dari
seorang wirausahawan, selalu melibatkan tim dengan keahlian yang mendukung.
Kemampuan untuk bekerja sama sebagai tim dan kemampuan menangkap peluang bisnis
di tengah-tengah kontradiksi, kekacauan, dan kebingungan adalah kunci
kesuksesan.
Kewirausahaan juga membutuhkan
keterampilan dan kepintaran untuk mencari dan mengontrol sumber daya, yang
biasanya dimiliki orang lain, untuk meraih peluang. Artinya perusahaan tidak
boleh kehabisan dana di saat-saat kritis. Kebanyakan kewirausahaan sukses
memiliki tim dan penyandang dana untuk menangkap peluang yang tidak dikenali
orang lain.
Namun dalam perkembangannya,
perusahaan-perusahaan besar tersebut di atas banyak mengalami keruntuhan atau
masalah internal perusahaan. Akan tetapi, disebabkan oleh munculnya
pesaing-pesaing baru dari perusahaan pemula. Perusahaan raksasa seperti IBM
dihempaskan oleh Apple Computer dan kemudian Microsoft Equipment Corporation.
Mereka yang dianggap tidak terkalahkan, akhirnya dirontokkan oleh perusahaan
pemula. Peristiwa ini memaksa perusahaan raksasa pada tahun 1980-an melakukan
perampingan sampai pada tahun 2000-an. Contoh dalam kasus ini, perusahaan
Fortune 500 meniadakan sebanyak 900.000 pekerjaan hingga bulan oktober 2001.
Di saat perusahaan besar
mengurangi pegawainya, perusahaan baru justru menciptakan lapangan pekerjaan.
Menurut laporan penelitian Timmons pada tahun 2000, sebanyak 4,3 juta pekerjaan
atau penerimaan tahunan senilai $736 miliar dihasilkan oleh perusahaan baru.
Menurut Timmons (2008:32) penyebab kegagalan perusahaan besar adalah mereka
lambat menyadari perubahan yang terjadi di dunia usaha. Hal yang paling parah
adalah mereka sama sekali tidak tahu tentang pendekatan kewirausahaan dan cara
mengenali ciri-ciri kehancuran dan perubahan arah rival mereka.
Menurut Timmons (2008:32),
perusahaan besar dapat dikarakterisasikan dalam masa kejayaan mereka dengan
banyak tingkatan peninjauan, persetujuan dan veto yang hirarkis. Para eksekutif
menjalankan sistem manajerial dan administrasi model top-down, sangat berbeda
dengan pendapat Ewing Marion kauffman, “orang tidak di atur, mereka mau
dipimpin”. Perusahaan ini begitu menghargai orang yang dapat menghasilkan aset,
anggaran, jumlah pabrik, produk, dan pegawai yang banyak daripada menghargai
orang yang dapat menciptakan peluang bisnis baru, mengambil risiko yang sudah
diperhitungkan, dan jarang membuat kesalahn, semuanya dengan sumber daya
terbatas. Perusahaan besar sebenarnya menyadari perlunya pembaruan pada
beberapa perusahaan raksasa tahun 1970-1980-an menemukan bahwa perusahaan besar
memerlukan enam tahun untuk mengubah strategi dan 10 sampai 30 tahun untuk
mengubah budayanya. Sementara perusahaan kecil hanya memerlukan 1-6 bulan untuk
mengumpulkan modal usaha.
Lebih parah lagi, perusahaan besar
cenderung birokratis dan arogan. Mereka yakin bahwa jika mereka menganut dan
menjalankan praktik manajemen terbaik, maka segala sesuatunya akan berjalan
lancar. Pada era tahun 1970-1980-an, praktik manajemen terbaik itu belum
mengenal istilah kewirausahaan, gaya kepemimpinan kewirausahaan, dan cara
menelaah kewirausahaan. Bahkan kata kewirausahaan dianggap kata kotor di dunia
bisnis Amerika. Salah satu dogma yang dianggap suci adalah soal kedekatan
dengan pelanggan. Berikut adalah kesimpulan dua orang profesor Harvard
Bussiness School.
“Salah satu hal yang sering
ditemui di dunia bisnis adalah kegagalan perusahaan besar untuk tetap pada
posisi terdepan ketika terjadi gejolak di pasar dan teknologi… tetapi persoalan
dasarnya adalah suatu paradoks: Perusahaan besar itu tunduk pada salah satu
dogma manajemen paling popular. Mereka mendekatkan diri pada pelanggan. Bila
mereka menyerang, perusahaan baru melihat perusahaan lama sebagai musuh yang
enteng dan tidak siap karena selalu melihat ke atas dan mengabaikan bahaya dari
bawah.”
Berdasarkan kesimpulan di atas,
dapat dilihat kelemahan mendasar yang menjadi sumber kerapuhan perusahaan
besar. Kelemahan tersebut dapat sekaligus menjadi peluang besar bagi perusahaan
baru. Bagi E-generation, kondisi ini merupakan peluang emas yang dapat
dimanfaatkan secara baik.
Menurut Blower dan Christensen
(dalam Timmons, 2008:32), masalah yang dihadapi oleh perusahaan besar adalah
para manajernya terus melakukan hal yang sama, yaitu melayani kebutuhan
pelanggan. Pihak manajemen gagal melihat adanya program yang tidak lagi
diinginkan pelanggan atau program yang marjin labanya mulai menurun.
Gebrakan yang dilakukan oleh perusahaan
baru yang inovatif sebagai bagian dari proses revolusi kewirausahaan, membuat
banyak perusahaan besar menyadari pergeseran paradigma kewirausahaan. Beberapa
perusahaan besar di Amerika berhasil merespons kepemimpinan kewirausahaan.
Setelah melihat perusahaan besar menghilang satu persatu, banyak diantara
mereka mulai bereksperimen dan membuat strategi untuk mendapatkan kembali
semangat kewirausahaan serta memasukkan sistem nilai dan perilaku yang disebut
cara menelaah kewirausahaan. E-generation memiliki banyak peluang menarik dalam
lingkungan bernuansa kewirausahaan. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk
perusahaan raksasa lama yang tidak memiliki semangat kewirausahaan.
Seiring dengan perjalanan revolusi
kewirausahaan, perusahaan besar semakin banyak yang menerapkan prinsip
kewirausahaan dan kepemimpinan kewirausahaan demi kelangsungan venture mereka.
Ada banyak perusahaan yang melakukan hal ini dan berhasil, diantaranya GE,
Corning, dan Motorolla. Perusahaan “brontosaurus” patut mencontoh perusahaan di
atas dalam hal menerapkan prinsip kewirausahaan
13.5
KEWIRAKOPERASIAN
Kewirakoperasian adalah
suatu sikap mental positif dalam usaha komperatif dengan mengambil prakarsa
inovatif serta keberanian mengambil resiko dan berpegang teguh pada prinsip
identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata, serta
peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari pengertian diatas
terdapat unsur-unsur yang dapat diambil :
1. Kewirausahaan koperasi
merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara komperatif atau dapat
berarti harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi.
2. Tugas utama kewirakoperasian
adalah mengambil prasaka inovatif artinya berusaha mencari, menemukan dan
memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama.
3. Wirakoperasi harus mempunyai
keberanian mengambil resiko karena dunia penuh dengan kepastian. Oleh karena
itu dalam menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang
mempunyai kemampuan mengambil resiko.
4. Kegiatan wirakoperasi harus
berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi yaitu anggota sebagai pemilik
dan sekaligus sebagai pelanggan.
5. Tujuan utama setiap
wirakoperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan meningkatkan
kesejahteraan bersama.
Fungsi Kewirakoperasian
dibedakan menjadi 3 :
1. Kewirakoperasian rutin
Diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha
koperasi seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi, dll.
2. Kewirakoperasian Arbitrage
Arbitrage disini dimaksudkan sebagai keputusan yang
diambil dari sua kondisi yang berbeda. Tusgas utama wirakoperasian dalam hal
ini mencari peluang yang menguntungkan dari dua kondisi yang berbeda.
3. Kewirakoperasian inovatif
Wirakoperasi yang inova5tif berati wirakoperasi yang
selalu tidak puas dengan kondisi yang ada. Ia selalu berusaha mencari, menmukan,
dan memanfaatkan peluang yang diperoleh.
Tipe kewirausahaan dibedakan menjadi 4 :
1. Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilikkoperasi dapat menjadi
wirakoperasi bila ia mampu menemukan dan memanfaatkan peluang yang sada untuk
pertumbuhan koperasi.
2. Kewirakoperasian Manager
Koperasi yang mengangkat manager sebagai pelaksana dan
penanggung jawab kegiatan operasional dantentunya mengharapkan perubahan yang
memberikan keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manager adalah
keterbatasan kebebasan untuk bertindak.
3. Kewirakoperasian Birokat
Birolkrat adalah pihak yang secara tidak langsung
berhubungan dengan pengembangan gerakan koperasi. Setiap kegiatannya memang
diharapkan untuk memacu perkembangan koperasi.
4. Kewirakoperasian Katalis
Katalis disini diartikan sebagai pihak yang
berkompeten terhadap pengembangan koperasi kendatipun ia tidak mempunyai
hubungan langsung dengan organisasi koperasi.
Tugas kewirakoperasian
Tugas kewirakoperasian
adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi dibanding dengan organisasi
usaha pesaingnya. Keungulan tersebut dapat diperoleh melalui :
1. Mendudukkan koperasi sebagai
penguasa kuat dipasar
2. Kemampuan dalam mereduksi
biaya transaksi
3. Pemamfaatan interlinkage
market
4. Pemanfaatan trust capital
5. Pengendalian ketidakpastian
6. Penciptaan inovasi
7. Pembangunan manfaat
partisipasi
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar