Sabtu, 30 Desember 2017

TUGAS EKONOMI KOPERASI

BAB XIII
13.1 KEWIRAUSAHAAN
Pengertian kewirausahaan menurut intruksi presiden RI No.4 tahun 1996; “ kewirausahan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.”
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa berwirausahaan adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau usaha atau aktivitas bisnis atas kemauannya sendiri dan mendirikan usaha atau bisnis dengan kemauan dan kemampuannya sendiri.
Thomas W Zimmerer et al. ( 2005 ) merumuskan manfaat kewisausahaan adalah sebagai berikut:
·         Memberikan peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib memiliki usaha sendiri akan memberikan dan peluang bagi pembisnis untuk mencapai tujuan hidupnya.
·         Memberi peluang untuk melakukan perubahan
·         Memberikan peluang untuk mencapai potensi sendiri sepenuhnya bagi mereka, kebangkitan spritual, dan mampu mengikuti minat atau hobi sendiri
·         Memiliki peluang untuk meraih keuntungan
·         Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya
·         Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakan.
Pendapat dhidiek D. Machayudin dan kafidhul ulum digabungkan, maka paling tidak terdapat 13 prinsip dalam berwirausaha yaitu :
1.      Jangan takut gagal
2.      Semangat
3.      Kreatif dan inovatif
Proses berfikir kreatif dilakukan secara sistematis dan memaluli tahap-tahapan berikut :
·         pengumpulan informasi
·         proses inkubasi
·         melahirkan ide
·         evaluasi dan tindak lanjut (menjadi wurausaha sukses.
Disamping kreatif, juga dituntut inovatif, berikut pola pikir inofatif :
·         Imajinatif
·         Spekulatif
·         Konseptual
·         Interpersonal
·         Impulsif
·         Belajar, mau bertanya
·         Mencari
·         Reseptif
4.      Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko .
5.      Sabar, ulet dan tekun.
6.      Harus optimis.
7.      Ambisius.
8.      Pantang menyerah / jangan putus asa.
9.      Peka terhadap pasar atau baca peluang pasar.
10.  Berbisnis dengan standar etika
11.  Mandiri
12.  Jujur.
13.  Peduli lingkungan.
Prinsip-Prinsip yang Berkaitan dengan Kewirausahaan
1.      Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
a.       Prinsip otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusandan tindakan serta bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya tersebut.
b.      Prinsip kejujuran
·         Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak
·         Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga sebanding
·         Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
c.       Prinsip keadilan. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional opjektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
d.      Prinsip yang saling menguntungkan. Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedimikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution.
e.       Prinsip Intregritas Moral. Prinsip ini dihanyati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaan.
2.       Prinsip Customer is King
Dibawah ini dikemukakan 11 pernyataan yang harus dipelajari oleh penjual dalam prinsip the customer is king, yaitu :
·         Pembeli adalah usaha penting dalam dunia usaha
·          Pembeli tidak tergantung pada kita, justru kita tergantung padanya
·         Pembeli bukan pengganngu tehadap pekerjaan kita, tetapi sebaliknya sebagai tujuan usaha.
·         Pembeli berbuat kepada kita sebagai suatu hal yang menyenangkan, janganlah bebuat sesuatu yang tidak menyenangkan.
·         Pembeli adalah sebagian dari usaha dan kegiatan kita.
·         Pembeli bukan senuah benda yang baku, melainkan seorang manusia berdarah daging dengan perasaan dan emosinya, seperti kita sendiri
·         Pembeli bukanlah lawan berdebat, tetapi kawan-kawan yang bersahabat
·         Pembeli seorang yang membawa kebutuhan kepada kita dan merupakan pekerjaan kita untuk memenuhinya.
·         Pembeli adalah orang yang harus dilayani dan dimenegrti dengan penuh perhatian.
·         Pembeli adalah orang yang memungkinkan membuat keuntungan bagi pendapatan kita.
·         Pembeli adalah jiwa penghidupan bagi dunia usaha.
Argumen-argumen tersebut dapat dipakai sebagai pegangan bagi penjual dalam menghadapi pembelinya dengan sebaik-baiknya, tidak ada salahnya apabila kita dapat menghapal nama-nama pelanggan kita.
Tentu pula kita harus dapat membedakan langganan-langganan itu berdasarkan lamanya ia berhubungan dengan kita, banyak sedikitnya ia membeli, pembayaran cash atau kredit, sehingga kita tidak dapat melupakan jasa-jasa mereka terhadap usaha yang kita jalankan.
Tidak ada salahnya untuk memberikan perhatian kita pada para langganan dengan membedakan berbagai kelas-kelas pembeli, kita dapat membedakan menjadi tiga kelas , yaitu :
a)      Langganan kelas satu yaitu merka yang selalu berbelanja di toko kita
b)       Langganan kelas dua, dimana merka itu berbelanja sewaktu-waktu ke toko kita, tetapi lain waktu ke toko lain.
c)      Langganan kelas tiga, yaitu mereka yang berbelanja pada toko kita sewaktu-waktu, sedangkan toko langganannya tidak ada, atau mereka berbelanja hanya kebetulan masuk ke toko kita.
13.2  INTRAPRENERSHIP
Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya.
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152).
Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987).
Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001).
Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011).
Faktor Pendorong Intrapreneurship
Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization).
1)      Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.
2)      Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.
Faktor Penghambat Intrapreneurship
Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi :
a)      Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking
b)      Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut
c)      Tidak ada dorongan intrapreneurship
d)     Unhealthy politicking dalam organisasi
e)      Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan
f)       Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang
g)      Misi, sasaran perusahaan tidak jelas
h)      Kurang dukungan manajemen
i)        Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward
j)        Keterbatasan waktu dan sumber daya
13.3  ULTRAPRENEURSHIP DAN ECOPRENEURSHIP
Ultrapreneurship adalah wirausahawan yang menggunakan ketrampilan, intelektual sumber daya secara sekaligus dalammelakukan usaha. ( menunjukan mutu kewirausahaannya yang istimewa dari seorang enterpreunership)
Ecopreneurship adalah wirausahawan plus yang memandang atau berwawasan lingkungan. (ditunjukan terhadap pengusaha-pengusaha yang peduli terhadap lingkungan).
13.4  PARADIGMA BARU KEWIRAUSAHAAN
Menurut Timmons (2008:31), gambaran klasik kewirausahaan adalah perusahaan pemula yang masih mentah, dimulai dengan ide usaha yang kemudian berkembang menjadi suatu perusahaan besar. Contohnya, Microsoft, Netscape, Amazon.com, Sun Microsystem, Home Depot, McDonald’s, Compaq Computer, Intuit, Staples, dan ratusan contoh lain yang telah menyandang nama besar. Kesuksesan, selain kepemimpinan yang kuat dari seorang wirausahawan, selalu melibatkan tim dengan keahlian yang mendukung. Kemampuan untuk bekerja sama sebagai tim dan kemampuan menangkap peluang bisnis di tengah-tengah kontradiksi, kekacauan, dan kebingungan adalah kunci kesuksesan.
Kewirausahaan juga membutuhkan keterampilan dan kepintaran untuk mencari dan mengontrol sumber daya, yang biasanya dimiliki orang lain, untuk meraih peluang. Artinya perusahaan tidak boleh kehabisan dana di saat-saat kritis. Kebanyakan kewirausahaan sukses memiliki tim dan penyandang dana untuk menangkap peluang yang tidak dikenali orang lain.
Namun dalam perkembangannya, perusahaan-perusahaan besar tersebut di atas banyak mengalami keruntuhan atau masalah internal perusahaan. Akan tetapi, disebabkan oleh munculnya pesaing-pesaing baru dari perusahaan pemula. Perusahaan raksasa seperti IBM dihempaskan oleh Apple Computer dan kemudian Microsoft Equipment Corporation. Mereka yang dianggap tidak terkalahkan, akhirnya dirontokkan oleh perusahaan pemula. Peristiwa ini memaksa perusahaan raksasa pada tahun 1980-an melakukan perampingan sampai pada tahun 2000-an. Contoh dalam kasus ini, perusahaan Fortune 500 meniadakan sebanyak 900.000 pekerjaan hingga bulan oktober 2001.
Di saat perusahaan besar mengurangi pegawainya, perusahaan baru justru menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut laporan penelitian Timmons pada tahun 2000, sebanyak 4,3 juta pekerjaan atau penerimaan tahunan senilai $736 miliar dihasilkan oleh perusahaan baru. Menurut Timmons (2008:32) penyebab kegagalan perusahaan besar adalah mereka lambat menyadari perubahan yang terjadi di dunia usaha. Hal yang paling parah adalah mereka sama sekali tidak tahu tentang pendekatan kewirausahaan dan cara mengenali ciri-ciri kehancuran dan perubahan arah rival mereka.
Menurut Timmons (2008:32), perusahaan besar dapat dikarakterisasikan dalam masa kejayaan mereka dengan banyak tingkatan peninjauan, persetujuan dan veto yang hirarkis. Para eksekutif menjalankan sistem manajerial dan administrasi model top-down, sangat berbeda dengan pendapat Ewing Marion kauffman, “orang tidak di atur, mereka mau dipimpin”. Perusahaan ini begitu menghargai orang yang dapat menghasilkan aset, anggaran, jumlah pabrik, produk, dan pegawai yang banyak daripada menghargai orang yang dapat menciptakan peluang bisnis baru, mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, dan jarang membuat kesalahn, semuanya dengan sumber daya terbatas. Perusahaan besar sebenarnya menyadari perlunya pembaruan pada beberapa perusahaan raksasa tahun 1970-1980-an menemukan bahwa perusahaan besar memerlukan enam tahun untuk mengubah strategi dan 10 sampai 30 tahun untuk mengubah budayanya. Sementara perusahaan kecil hanya memerlukan 1-6 bulan untuk mengumpulkan modal usaha.
Lebih parah lagi, perusahaan besar cenderung birokratis dan arogan. Mereka yakin bahwa jika mereka menganut dan menjalankan praktik manajemen terbaik, maka segala sesuatunya akan berjalan lancar. Pada era tahun 1970-1980-an, praktik manajemen terbaik itu belum mengenal istilah kewirausahaan, gaya kepemimpinan kewirausahaan, dan cara menelaah kewirausahaan. Bahkan kata kewirausahaan dianggap kata kotor di dunia bisnis Amerika. Salah satu dogma yang dianggap suci adalah soal kedekatan dengan pelanggan. Berikut adalah kesimpulan dua orang profesor Harvard Bussiness School.
“Salah satu hal yang sering ditemui di dunia bisnis adalah kegagalan perusahaan besar untuk tetap pada posisi terdepan ketika terjadi gejolak di pasar dan teknologi… tetapi persoalan dasarnya adalah suatu paradoks: Perusahaan besar itu tunduk pada salah satu dogma manajemen paling popular. Mereka mendekatkan diri pada pelanggan. Bila mereka menyerang, perusahaan baru melihat perusahaan lama sebagai musuh yang enteng dan tidak siap karena selalu melihat ke atas dan mengabaikan bahaya dari bawah.”
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dilihat kelemahan mendasar yang menjadi sumber kerapuhan perusahaan besar. Kelemahan tersebut dapat sekaligus menjadi peluang besar bagi perusahaan baru. Bagi E-generation, kondisi ini merupakan peluang emas yang dapat dimanfaatkan secara baik.
Menurut Blower dan Christensen (dalam Timmons, 2008:32), masalah yang dihadapi oleh perusahaan besar adalah para manajernya terus melakukan hal yang sama, yaitu melayani kebutuhan pelanggan. Pihak manajemen gagal melihat adanya program yang tidak lagi diinginkan pelanggan atau program yang marjin labanya mulai menurun.
Gebrakan yang dilakukan oleh perusahaan baru yang inovatif sebagai bagian dari proses revolusi kewirausahaan, membuat banyak perusahaan besar menyadari pergeseran paradigma kewirausahaan. Beberapa perusahaan besar di Amerika berhasil merespons kepemimpinan kewirausahaan. Setelah melihat perusahaan besar menghilang satu persatu, banyak diantara mereka mulai bereksperimen dan membuat strategi untuk mendapatkan kembali semangat kewirausahaan serta memasukkan sistem nilai dan perilaku yang disebut cara menelaah kewirausahaan. E-generation memiliki banyak peluang menarik dalam lingkungan bernuansa kewirausahaan. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk perusahaan raksasa lama yang tidak memiliki semangat kewirausahaan.
Seiring dengan perjalanan revolusi kewirausahaan, perusahaan besar semakin banyak yang menerapkan prinsip kewirausahaan dan kepemimpinan kewirausahaan demi kelangsungan venture mereka. Ada banyak perusahaan yang melakukan hal ini dan berhasil, diantaranya GE, Corning, dan Motorolla. Perusahaan “brontosaurus” patut mencontoh perusahaan di atas dalam hal menerapkan prinsip kewirausahaan
13.5  KEWIRAKOPERASIAN
Kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam usaha komperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil resiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata, serta peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari pengertian diatas terdapat unsur-unsur yang dapat diambil :
1.      Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara komperatif atau dapat berarti harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi.
2.      Tugas utama kewirakoperasian adalah mengambil prasaka inovatif artinya berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama.
3.      Wirakoperasi harus mempunyai keberanian mengambil resiko karena dunia penuh dengan kepastian. Oleh karena itu dalam menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil resiko.
4.      Kegiatan wirakoperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
5.      Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Fungsi Kewirakoperasian dibedakan menjadi 3 :
1.      Kewirakoperasian rutin
Diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha koperasi seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi, dll.
2.      Kewirakoperasian Arbitrage
Arbitrage disini dimaksudkan sebagai keputusan yang diambil dari sua kondisi yang berbeda. Tusgas utama wirakoperasian dalam hal ini mencari peluang yang menguntungkan dari dua kondisi yang berbeda.
3.      Kewirakoperasian inovatif
Wirakoperasi yang inova5tif berati wirakoperasi yang selalu tidak puas dengan kondisi yang ada. Ia selalu berusaha mencari, menmukan, dan memanfaatkan peluang yang diperoleh.
Tipe kewirausahaan dibedakan menjadi 4 :
1.      Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilikkoperasi dapat menjadi wirakoperasi bila ia mampu menemukan dan memanfaatkan peluang yang sada untuk pertumbuhan koperasi.
2.      Kewirakoperasian Manager
Koperasi yang mengangkat manager sebagai pelaksana dan penanggung jawab kegiatan operasional dantentunya mengharapkan perubahan yang memberikan keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manager adalah keterbatasan kebebasan untuk bertindak.
3.      Kewirakoperasian Birokat
Birolkrat adalah pihak yang secara tidak langsung berhubungan dengan pengembangan gerakan koperasi. Setiap kegiatannya memang diharapkan untuk memacu perkembangan koperasi. 
4.      Kewirakoperasian Katalis
Katalis disini diartikan sebagai pihak yang berkompeten terhadap pengembangan koperasi kendatipun ia tidak mempunyai hubungan langsung dengan organisasi koperasi.
            Tugas kewirakoperasian
Tugas kewirakoperasian adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi dibanding dengan organisasi usaha pesaingnya. Keungulan tersebut dapat diperoleh melalui :
1.      Mendudukkan koperasi sebagai penguasa kuat dipasar
2.      Kemampuan dalam mereduksi biaya transaksi
3.      Pemamfaatan interlinkage market
4.      Pemanfaatan trust capital
5.      Pengendalian ketidakpastian
6.      Penciptaan inovasi

7.      Pembangunan manfaat partisipasi

SUMBER :

TUGAS EKONOMI KOPERASI

BAB XII
12.1 MENGUBAH TANTANGAN YANG DIHADAPI KOPERASI MENJADI PELUANG
Yang kita tahu bahwa dengan adanya MEA 2015 Koperasi memiliki tantangan yang sangat banyak,  sebelum itu masri kita ketahui terlebih dahulu apa itu MEA. MEA adalah sebuah revolusi ekonomi ASEAN dimana menjadikan sebuah wilayah regional yang tidak memiliki batas untuk melakukan pergerakan barang dan jasa serta tenaga kerja yang didukung oleh modal baik domestik maupun asing. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN yang ikut mensetujui pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus menghadapi berbagai tantangan dibidang ekonomi khususnya domestik.
Munculnya Masyrakat Ekonomi Asean seharusnya dapat menumbuhkan perekonomian di Indonesia secara umum, globalisasi tidak dapat di lawan karena semua orang akan selalu ingin maju. Jadi koperasi tidak bisa melawan, koperasi harus berjalan secara bersama-sama. Di Negara berkembang seperti Indonesia harusnya koperasi dapat berkembang untuk melawan ketidak pastian dan kejamnya dunia ekonomi pada saat ini. Karena koperasi merupakan salah satu lemabaga ekonomi rakyat yang menggerakan perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat.
Peluang dengan adanya MEA 2015, antara lain :
·         Terbentuknya pasar untuk produk ekspor di Asean
·         Memudahkan untuk bisa mengakses modal investasi antar Negara Asean
·         Memudahkan memperoleh barang/jasa yang diproduksi diluar Negara kita
Tantangan yang dihadapi dengan adanya MEA 2015, antara lain :
·         Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing karena harga dan kualitas produk kita kalah dibanding Negara lain di Asean
·         Semakin banyaknya produk impor di pasaran dalam negeri yang akan mematikan usaha di Negara kita, contohnya saja Koperasi yang semakin harus dapat bersaing
·         Masuknya SDM dari Negara lain yang mungkin lebih berkualitas, yang akan menggusur tenaga keja dalam negeri
Dengan semakin tingginya peluang Koperasi yang semakin banyak dan berjalan dengan baik di Indonesia. Banyak pula masalah/tantangan yang dihadapi oleh Koperasi di Indonesia memang masih belum terselesaikan, apalagi dengan munculnya MEA 2015 ini. Seperti diantaranya :
·         Lemahnya kelembagaan koperasi
·         Lemahnya modal internal koperasi
·         Kurangnya inovasi dalam bisnis koperasi dan lambannya pemanfaatan IT
·         Lemahnya kualitas SDM dan kurangnya profesionalisme di Koperasi
Setelah dilihat diatas, dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh koperasi, maka koperasi harus melakukan peningkatan daya saing untukn menghadapi MEA 2015, yaitu dari segi organisasi koperasi itu sendiri, bisnis koperasinya, dan juga Sumber Daya Manusianya.
Jika dilihat dari Organisasi Koperasi itu bisa dilakukan diantaranya :
1.      Memperkuat idiologisasi koperasi pada anggota
2.      Penguatan kelembagaan koperasi sebagai entitas bisnis modern
3.      Membangun kultur kreatif, inovatif dan nilai tambah damlam kerangka meningkatkan daya saing koperasi
4.      Memperkuat jaringan kemitraan koperasi dengan stake holder
Jika dilihat dari segi Bisnis Koperasinya, diantaranya :
1.      Peningkatan modal sendiri berdasar skala ekonomi yang layak
2.      Penerapan IT
3.      Kemitraan dengan pelaku bisnis lain
Jika dilihat dari segi Sumber Daya Manusia nya,antaralain :
1.      Peningkatan kualitas SDM koperasi
2.      Pengembangan system kompensasi yang menarik
3.      Profesionalisasi manajemen
4.      Pengukuran kinerja SDM yang unggul
12.2  STRATEGI-STRATEGI PEMASARAN DAN STRATEGI DIBERBAGAI TINGKAT
Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah prinsip yang menyeluruh di mana manajemen pemasaran mengharapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran mengharapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran dan bisnis dalam pemasaran. strategi pemasaran dibagi menjadi empat jenis yaitu:
  1. Merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlah pengguna.
  2. Merangsang kebutuhan primer dengan cara memperbesar tingkat pembelian.
  3. Merangsang kebutuhan selektif dengan memperhankan pelanggan yang sudah ada.
  4. Merangsang kebutuhan selektif dengan cara menjaring pelanggan baru
3 Tingkatan Strategi
1.                  Tingkat Korporasi adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada orientasi nilai, value, lebih konseptual dan tersentralisasi.
2.                  Tingkat Bisnis adalah lebih banyak dilakukan pada level middle manajemen, cirinya jangka waktu relatif pendek, keputusan-keputusan di buat untuk menjebatani keputusan tingkat korporasi dan fungsional, beresiko rendah
3.                  Tingkat Fungsional adalah melibatkan masalah-masalah operasional yang berorientasi  pada aktivitas resiko rendah, biaya yang dibutuhkan rendah keputusan dibuat tergantung kepada ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusi) dan Sumber Daya Perusahaan.
Tabel Ciri dan Tugas dan Tanggung Jawab dalam 3 tingkatan Strategi 
Keterangan
Ciri Level
Tugas dan Tanggung Jawab
Korporasi
1.      Berorientasi pada nilai
2.      Unsur fleksibilitas sangat tinggi
3.      Jangka waktu lebih panjang
4.      Perioritas pada pertumbuhan perusahaan
5.      Konseptual
6.      Tersentralisasi
1.      Mengembangkan rencana jangka panjang 3-5 tahun
2.      Bertanggung jawab terhadap kinerja keuangan serta non keuangan perusahaan
3.      Mempertahankan citra/emage perusahaan memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan
4.      Menentukan jenis bisnis yang akan di masuki perusahaan
5.      Merumuskan strategi dan menentukan luas aktivitas dan area fungsional bisnis



Bisnis
1.      Resiko rendah
2.      Keuntungan rendah
3.      Setiap keputusan ada mediasi antara level korporasi dan fungsional
4.      Biaya rendah
5.      Membuat keputusan dan memberi pandangan antara lain tentang saluran distribusi, lokasi pasar, wilayah pabrik dan segmentasi pasar
1.      Menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing di arena pasar produk yang terpilih
2.      Mengidentifikasi dan memastikan segmen pasar yang paling menjanjikan
Fungsional
1.      Jangka waktu pendek, kurang dari 1 tahun
2.      Beresiko rendah
3.      Keputusan diterapkan pada aktivitas yang sedang berjalan
4.      Keputusan melibatkan masalah operasional dan berorientasi pada aktivitas
1.      Menerapkan dan melaksanakan strategi perusahaan
2.      Mengembangkan tujuan tahunan serta strategi jangka pendek untuk bidang seperti produksi, operasi dll


12.3 ALTERNATIF KERANGKA KERJA MANAJEMEN PEMASARAN STRATEGIK BAIK KOPERASI MENUJU KINERJA YANG SUPERIOR
Kerangka Kerja Perumusan Strategi Komprehensif yaitu kerangka kerja yang dapat dapat mempermudah penyusun alternative – alternative berdasarkan informasi dasar yang diperoleh dari perusahaan. kerangka kerja perumusan tersebut terdiri dari tiga tahapan,dimana masing – masing tahapan memiliki teknik dan alat – alat analisis yang berbeda – beda. Adapun ketiga tahapan tersebut yaitu ; Tahap Input, Tahap Pencocokan dan Tahap Keputusan.
1.  Tahap I : Tahap Input
Tahap I dari kerangka kerja perumusan strategi terdiri dari Matriks IFE ( Internal Factor Evaluation ) atau Matriks EFE ( Eksternal Factor Evaluation ) analisa Analisa Lingkungan Internal dan Matriks Analisa Lingkungan Eksternal. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam perumusan strategi pada tahapan berikutnya
2.  Tahap II : Tahap Pencocokan
Tahapan ini fokus pada menciptakan alternative strategi yang layak dengan mencocokkan factor eksternal dan internal kunci. Tahap pencocokan kerangka kerja strategi ini terdiri dari tiga teknik, yaitu Matriks SWOT ( Strengths Opportunities Weakness Threats ), Matriks SPACE ( Strategic Position and Action Evaluation) dan Matriks Grand Strategy. Tahapan ini dikerjakan dengan cara mencocokkan peluang dan acaman dari faktor eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal guna menghasilkan alternative strategi yang efektif. Strategi yang menggunakan kekuatan guna memanfaatkan peluang dianggap sebagai strategi yang menyerang, sedangkan strategi yang menggunakan / memperbaiki kelemahan guna menghindari ancaman disebut sebagai strategi bertahan. 
3.  Tahap III : Tahap Keputusan 
Tahap keputusan merupakan tahap akhir dari kerangka penyusunan strategi. Untuk menyelesaikan tahapan ini digunakanlah teknik QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matrix ) sebagai teknik tunggal untuk memutuskan pilihan strategi yang dipilih setelah melalui tahap input dan pencocokan sebelumnya. 

QSPM merupakan alat analisis yang digunakan untuk memutuskan strategi yang akan digunakan berdasarkan dari kemenarikan alternative-alternatif strategi yang ada. Perhitungan QSPM didasarkan kepada input dari bobot matriks internal ekternal, serta alaternatif strategi pada tahap pencocokan.

Sumber :

Tugas 2 manajemen SDM

https://youtu.be/2qsoVW2fLhA